News
Situs Wadu Pa'a, Dikelola BPCB Bali Namun Terabaikan
Kamis, 23 Juni 2022, 22:25 WITA
beritalombok.com
Sebenarnya, situs ini relatif mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua. Hanya saja, akses jalan masuk ke situs ini tidak terawat dengan baik.
Akses jalan itu belum diaspal dan tak layak dilalui sehingga licin dan berlumpur setelah diguyur hujan. Jalan rusak itu hampir sepanjang 200 meter. Jalan menuju candi ini berupa turunan yang lumayan curam dan hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.
Keberadaan Candi Wadu Pa'a ini cukup strategis, karena lokasinya tidak jauh dari jalan utama lintas Soromandi. Hanya sekitar satu jam dari pusat Kota Bima dan juga beberapa menit dari Desa Kananta.
Setelah menghadapi jalan yang buruk, di kawasan candi tebing ini terdapat situs-situs sejarah yang menarik untuk diungkap. Namun, kesan tidak terawat alias terbengkalai begitu memasuki kawasan tersebut.
Masuk lebih dalam, di sepanjang jalan setapak, tepatnya di tempian pantai teluk kecil itu ditemukan beberapa bagian tebing yang telah dihiasi relief klasik. Warga Bima meyakini bahwa posisi candi tersebut pernah dijadikan tempat pemujaan atau pertapaan oleh para leluhur, jauh sebelum Islam memasuki Bima.
Warga setempat menjulukinya Wadu Pa'a yang bermakna batu berpahat. Dalam bahasa Suku Mbojo, batu pahat terbagi menjadi dua kata, yakni wadu dan pa'a. Wadu artinya batu dan pa'a artinya pahat. Jadi, Wadu Pa'a adalah batu yang dipahat.
Ukiran-ukiran pada Wadu Pa'a mengandung nilai historis yang sangat tinggi karena media ukirannya bukan batu biasa. Melainkan, tebing-tebing batu yang berbentuk stupa.
Dalam area situs tersebut, terdapat beberapa bagian tebing memiliki berbagai arca, prasasti, persis seperti relief yang ada di Candi Borobudur. Biasanya, menggambarkan kisah-kisah mengenai agama Hindu dan Buddha.
Sebagian warga menduga bahwa bagian tebing yang telah dihiasi relief klasik itu pernah dijadikan sebagai tempat ibadah atau pertapaan oleh para leluhur di kala itu.
Relief dan arca yang terukir di tebing ini sebagian masih dapat dikenali. Ditebing itu pula terdapat ukiran figur Ganesha, simbol pengetahuan dan kecerdasan.
Ada juga figur Siwa dalam posisi berdiri, seperti pada candi-candi yang ada di Jawa. Namun, sebagian mahakarya di masa lampau ini sudah tidak utuh lagi. Sebagian telah rusak atau rontok kepalanya karena terkikis usia.
Sementara di pojok selatan candi itu dijumpai sebuah ceruk atau gua buatan, yang di dalamnya terdapat beberapa dudukan yang dipahat dalam tebing. Di ceruk itu pula terdapat untaian kata berbahasa Sansekerta yang diukir indah.
Di situs ini juga ditemukan coretan-coretan dengan cat minyak, menjadi bukti bahwa situs ini memang telah banyak dikunjungi oleh para pendatang terutama dari Negara Eropa.
Sementara di dinding tebing lain terukir semacam bangunan rumah dengan atap bersusun banyak, persis seperti lingga yoni atau lambang Siwa.
Kamis, 23 Juni 2022
Kamis, 23 Juni 2022
Kamis, 23 Juni 2022
Kamis, 23 Juni 2022
Kamis, 23 Juni 2022
Kamis, 23 Juni 2022
Kamis, 23 Juni 2022
Kamis, 23 Juni 2022
Polling Dimulai per 1 September 2022