News

Kisah Pawang Hujan Mandalika Rara, Belajar Sejak Usia 9 Tahun

 Selasa, 22 Maret 2022, 20:40 WITA

Beritalombok.com

IKUTI BERITALOMBOK.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Beritalombok.com, Lombok Timur. 

Sosok Rara Istiati Wulandari yang akrab dipanggil Mbak Rara tengah menjadi perbincangan publik dan warganet.  Atas aksinya sebagai pawang hujan Mandalika yang diklaim mampu mengusir hujan saat pergelaran MotoGP 2022 di kawasan Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. 

Pawang hujan Mandalika bernama lengkap Raden Roro Istiati Wulandari lahir di Papua pada 22 Oktober 1983. Meski lahir di Papua, Rara adalah penganut Kejawen berdarah Jawa yang kini tinggal di Bali.

Maka tak heran saat melaksanakan tugasnya sebagai pawang, sesajen adalah sarana utama yang dia gunakan. Bahkan di basecamp berupa tenda yang menjadi "kantor" Rara selama mengawal event MotoGP di Sirkuit Mandalika, juga dilengkapi sesajen suci. 

Yang kata Rara sebagai sarana dia berkomunikasi dengan Sang Hyang Widhi untuk memohon hujan atau sebaliknya. Seperti Pelangkiran, banten Pejati, Daksina, Dupa, serta Canang sari. 

Dalam tenda putih yang disediakan pihak ITDC, Rara meletakkan Pelangkiran di atas meja. Juga banten Pejati dan juga Daksina. Untuk diketahui, dalam agama Hindu Pelangkiran adalah adalah niyasa yang bersifat umum dan tergantung dari letaknya serta tujuan pemuja untuk menstanakan Bhatara / Dewa siapa yang ingin dipuja. 

Dan banten Pejati yang melengkapi ritual Rara sebagai pawang hujan, merupakan salah satu jenis Banten yang sangat sering dipergunakan dalam upacara keagamaan Hindu di Bali.

Kata “Pejati” berasal dari kata “Jati” mendapat awalan “Pa” sehingga menjadi “Pejati”. “Jati” artinya bersungguh-sungguh, benar-benar dan ditegaskan lagi menjadi sebenarnya atau sesungguhnya. 

Banten Pejati merupakan sarana upacara yang terdiri dari beberapa banten lainnya yang merupakan satu kesatuan sebagai sarana untuk mempermaklumkan tentang kesungguhan hati akan melaksanakan sesuatu dan berharap akan hadir-Nya dalam wujud manifestasi sebagai saksi dalam upacara tersebut. 

Oleh karena itu, Banten Pejati juga bermakna sebagai sarana memohon Pesaksi (Penyaksi) dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Unsur yang melengkapi banten Pejati yang digunakan Rara adalah Daksina. Yang merupakan Banten yang sangat sering digunakan dalam upacara keagamaan Hindu di Bali. Merupakan lambang dari Hyang Guru, Hyang Tunggal, dan Hyang Wisnu. 

Selain itu Daksina merupakan Tapakan, Palinggih, atau Sthana Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Daksina juga merupakan Yajnapatni yang berarti istri atau sakti dari yadnya. Unsur-unsur yang ada di Daksina merupakan isi dari alam semesta. 

Es batu, tumpukan kayu yang diikat simbul elemen panas dan dingin, juga nampak di sekitar tenda tempat Rara melaksanakan ritual. 


Halaman :





TERPOPULER


Hasil Polling Calon Gubernur NTB 2024

Polling Dimulai per 1 September 2022


Trending Terhangat