News

Jelang Lebaran Topat di Lombok, Rekayasa Lalu Lintas Dilakukan

 Sabtu, 07 Mei 2022, 10:20 WITA

https://beritabali.com/assets/posting/berita_220705100501_JelangLebaranTopatdiLombok,RekayasaLalulintasDilakukan.jpg

IKUTI BERITALOMBOK.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Lebaran Topat merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Lebaran Topat berlangsung seminggu setelah hari raya Idulfitri dan telah menyelesaikan puasa syawal selama enam hari.

Seusai prosesi acara di Makam Batu Layar, Lombok Barat, biasanya para peziarah berwisata sekaligus membuka bekal penganan berupa ketupat, lauk-pauk, dan sayur-mayur. Ketupat sebanyak 1.000 buah dan sayur-mayur yang diusung dalam acara Lebaran Topat itu juga turut disantap.

Dilansir beberapa sumber, tradisi Lebaran Topat atau Lebaran Ketupat ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Masyarakat Indonesia masih mempertahankan tradisi leluhurnya itu sampai sekarang.
 

Pada pagi hari sejak pukul 07.00 WITA, lazimnya masyarakat berziarah ke makam. Selain memanjatkan doa mereka berebutan mencuci muka dan kepala dengan air di atas makam.

Mereka juga berwisata di pantai bersama keluarga dan kerabat. Melengkapi perayaan syukur ini mereka membawa bekal yang berupa ketupat, pelalah ayam, daging, opor telur, pakis, paku, urap-urap, dan plecing kangkung yang kemudian dimakan beramai-ramai.

Saat Lebaran Topat ada ketupat berbentuk segi empat sebagai menu makan utama. Selain mengucapkan rasa syukur, Lebaran Topat pun momen refleksi menjauhkan diri dari nafsu kebendaan dan membersihkan batin dari sikap dengki dan iri hati.

Ritual beseraup atau membasuh muka dengan air saat Lebaran Topat memberi makna bahwa tindakan tersebut merupakan cara untuk membersihkan kotoran yang melekat di wajah. Jika wajah dan hatinya bersih, maka orang itu tidak akan sakit baik secara fisik maupun mental.

Lebaran Topat dapat menjadi otokritik dan introspeksi bagi manusia untuk mengenal kembali jati dirinya setelah menempuh perjalanan hidup selama satu tahun yang banyak diwarnai dosa individual dan dosa sosial. Pepatah Sasak mengatakan “dendek ipuh pantok gong” (tak usah segan memukul atau membunyikan gong).

Dari pepatah tersebut mengingatkan manusia agar mengoreksi diri, di antaranya terbuka terhadap saran dan kritik orang lain. Lebaran Topat juga menunjukkan adanya nilai kebersamaan.

Penulis : bbn/lom


Halaman :





TERPOPULER


Hasil Polling Calon Gubernur NTB 2024

Polling Dimulai per 1 September 2022


Trending Terhangat