Kisah Pawang Hujan Mandalika Rara, Belajar Sejak Usia 9 Tahun
Sosok Rara Istiati Wulandari yang akrab dipanggil Mbak Rara tengah menjadi perbincangan publik dan warganet. Atas aksinya sebagai pawang hujan Mandalika yang diklaim mampu mengusir hujan saat pergelaran MotoGP 2022 di kawasan Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Pawang hujan Mandalika bernama lengkap Raden Roro Istiati Wulandari lahir di Papua pada 22 Oktober 1983. Meski lahir di Papua, Rara adalah penganut Kejawen berdarah Jawa yang kini tinggal di Bali.
Maka tak heran saat melaksanakan tugasnya sebagai pawang, sesajen adalah sarana utama yang dia gunakan. Bahkan di basecamp berupa tenda yang menjadi "kantor" Rara selama mengawal event MotoGP di Sirkuit Mandalika, juga dilengkapi sesajen suci.
Yang kata Rara sebagai sarana dia berkomunikasi dengan Sang Hyang Widhi untuk memohon hujan atau sebaliknya. Seperti Pelangkiran, banten Pejati, Daksina, Dupa, serta Canang sari.
Dalam tenda putih yang disediakan pihak ITDC, Rara meletakkan Pelangkiran di atas meja. Juga banten Pejati dan juga Daksina. Untuk diketahui, dalam agama Hindu Pelangkiran adalah adalah niyasa yang bersifat umum dan tergantung dari letaknya serta tujuan pemuja untuk menstanakan Bhatara / Dewa siapa yang ingin dipuja.
Dan banten Pejati yang melengkapi ritual Rara sebagai pawang hujan, merupakan salah satu jenis Banten yang sangat sering dipergunakan dalam upacara keagamaan Hindu di Bali.
Kata “Pejati” berasal dari kata “Jati” mendapat awalan “Pa” sehingga menjadi “Pejati”. “Jati” artinya bersungguh-sungguh, benar-benar dan ditegaskan lagi menjadi sebenarnya atau sesungguhnya.
Oleh karena itu, Banten Pejati juga bermakna sebagai sarana memohon Pesaksi (Penyaksi) dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Unsur yang melengkapi banten Pejati yang digunakan Rara adalah Daksina. Yang merupakan Banten yang sangat sering digunakan dalam upacara keagamaan Hindu di Bali. Merupakan lambang dari Hyang Guru, Hyang Tunggal, dan Hyang Wisnu.
Selain itu Daksina merupakan Tapakan, Palinggih, atau Sthana Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Daksina juga merupakan Yajnapatni yang berarti istri atau sakti dari yadnya. Unsur-unsur yang ada di Daksina merupakan isi dari alam semesta.
Es batu, tumpukan kayu yang diikat simbul elemen panas dan dingin, juga nampak di sekitar tenda tempat Rara melaksanakan ritual.
Hal menarik lainnya dilaksanakan Rara selama mengawal MotoGP di Sirkuit Mandalika adalah, tangkil ke Pura Mayura, kawasan Cakranegara, Mataram.
"Dari sesi pra session itu saya sudah mulai bekerja. Sebelumnya saya mengawal dari jarak jauh. Dan baru pada tanggal 2 Maret saya mulai dari tangkil dulu ke Pura Mayura. Kemudian bersedekah, dan diantar sopir saya dan tim juga memohon restu pergi ke masjid-masjid, gereja juga wihara di Lombok," jelas Rara, yang selama 21 hari mengawal Sirkuit Mandalika. Termasuk menjaga cuaca saat pengaspalan ulang trek Sirkuit.
Diketahui, Rara memang sudah sejak lama mempelajari ilmu "pawang hujan". Bahkan sejak dirinya masih kecil. Mulai belajar pawang sejak umur 9 tahun.
Rara memang telah diminta secara khusus oleh pihak penyelenggara yakin Mandalika Grand Prix Association (MGPA) dan Dorna untuk memastikan tidak turun hujan selama acara berlangsung.
Selama bertugas sebagai pawang hujan, Rara mengaku perintah bisa datang kepadanya sejam sekali lewat telepon.
"Mungkin untuk event MotoGP berikutnya akan melibatkan pawang lain, kalau bisa lokal. Karena Rara punya program akan melanjutkan sekolah. Jadi harapan Rara mudahan bisa terus mengawal untuk Indonesia, meski tidak harus Rara pawangnya," ungkap Rara, yang akan mengembangkan program Psikologi untuk pendidikannya.
Sementara itu terkait keberadaan pawang di MotoGP Mandalika, Wakil Direktur Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Cahyadi Wandi menjelaskan, pawang merupakan bagian dari kebudayaan dan kearifan lokal Indonesia.
"Ini (pawang) di Indonesia adalah hal yang biasa. Hal yang tadi itu membuat, percaya enggak percaya ya memang terjadi (hujan berhenti). Tapi kembali lagi ke kepercayaan kita masing-masing," kata Cahyadi, dikutip TribunLombok.com.
Cahyadi Wanda, apa yang dilakukan sang pawang tidak ada salahnya. Pihak MGPA tidak sengaja ingin menonjolkan keberadaan pawang. Tujuan mereka hanya satu yakni menyukseskan MotoGP.
"Kita tidak mensengajakan (setingan) apa apa, tapi kita kan berupaya, apa pun itu supaya cuaca membaik," katanya.
Jadi, segala upaya kita coba dan kami pun, menurut saya itu (pawang) tidak ada salahnya," sambung Cahyadi.
Justru menurutnya, dengan aksi sang pawang mata dunia bisa melihat bagaimana kearifan lokal di Indonesia.
"Memang, itulah Indonesia, tidak ada yang salah," tandas Cahyadi Wanda.
Sosok Rara Istiani Wulandari berhasil mencuri perhatian. Aksinya saat berada di sirkuit turut menjadi sorotan.
Penulis : bbn/lom